"Ketika mereka sampai ke tempat pengirikan Nakhon, maka Uza mengulurkan tangannya kepada tabut Allah itu, lalu memegangnya, karena lembu-lembu itu tergelincir." 2 Samuel 6:6
Dari pembacaan firman ini kita melihat betapa bersemangatnya bangsa
Israel saat membawa tabut Tuhan kembali ke Yerusalem. "Mereka menaikkan tabut Allah itu ke
dalam kereta yang baru setelah mengangkatnya dari rumah Abinadab yang di atas
bukit. Lalu Uza dan Ahyo, anak-anak Abinadab, mengantarkan kereta itu. Daud dan
seluruh kaum Israel menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga, diiringi
nyanyian, kecapi, gambus, rebana, kelentung dan ceracap." (ayat 3, 5).
Tabut adalah tanda kehadiran Tuhan di tengah umat-Nya dan menjadi pusat
dari kehidupan bangsa Israel.
Karena terlalu bersemangat sampai-sampai mereka mengabaikan
aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Dalam aturan tersebut dijelaskan bahwa tak seorang pun diperbolehkan
menyentuh tabut perjanjian, lambang kehadiran Tuhan itu. "...janganlah mereka kena kepada
barang-barang kudus itu, nanti mereka mati." (Bilangan 4:15). Namun Uza telah melanggar ketetapan Tuhan
itu, yaitu "...mengulurkan
tangannya kepada tabut Allah itu," (ayat
nas). Karena keteledorannya ini Uza
harus menuai akibatnya, "...ia
mati di sana dekat tabut Allah itu."
(2 Samuel 6:7). Ternyata,
bermodalkan semangat saja dalam melayani Tuhan tidaklah cukup tanpa disertai
pengenalan yang benar akan Tuhan dan taat melakukan kehendak-Nya. "Sebab Aku menyukai kasih setia, dan
bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada
korban-korban bakaran." (Hosea
6:6). Dalam penilaian Tuhan ketaatan itu
jauh lebih berharga daripada sekedar semangat dalam melayani, bahkan jauh
bernilai dibandingkan dengan korban persembahan kita.
Mungkin kita cakap berkhotbah, menjadi worship leader hebat,
atau memiliki jam terbang pelayanan mumpuni, tapi jika kita tidak menjadi
pelaku firman, maka apa yang kita lakukan tak lebih seremonial belaka. Memang kita hidup di bawah kasih karunia,
namun setiap pelanggaran atau ketidaktaatan tetaplah memiliki konsekuensi.
Mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang
berkenan (taat) adalah tanda kita
menghargai hadirat Tuhan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar