JAWAB
: (Kategori : salah memahami konteks ayat) WAJAH ALLAH
:
"Dan
TUHAN berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti
seorang berbicara kepada temannya; kemudian kembalilah ia ke perkemahan. Tetapi
abdinya, Yosua bin Nun, seorang yang masih muda, tidaklah meninggalkan kemah
itu." (Keluaran 33:11) Bahasa Ibrani :
VEDIBER {dan Dia berbicara} YEHOVAH {baca: 'adonay, TUHAN} 'EL-MOSYEH {kepada
Musa} PANIM {wajah} 'EL-PANIM {kepada wajah} KA'ASYER {seperti yang} YEDABER
{ia berbicara} 'ISY {seseorang} 'EL-RE'EHU {kepada temannya}
Ungkapan "PANIM
'EL-PANIM" atau "wajah kepada wajah" adalah ungkapan khas
Ibrani yang dimengerti dengan jelas dengan kata-kata berikutnya "KA'ASYER
YEDABER 'ISY 'EL
RE'EHU,
seperti seseorang berbicara kepada temannya" Itulah persekutuan yang tidak
berhingga, di mana tidak ada sesuatu yang disembunyikan dan tidak ada sesuatu
yang terselubung.
Bandingkan
dengan ayat-ayat berikut ini:
"Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya:
'Aku telah melihat Allah berhadapan muka (Bahasa Ibrani: KI-RA'ITI 'ELOHIM
PANIM 'EL-PANIM), tetapi nyawaku
tertolong!'" (Kejadian 32:30)
"Apabila Musa masuk
ke dalam kemah itu, turunlah tiang awan dan berhenti di pintu kemah dan berbicaralah TUHAN dengan Musa (VEDIBER 'IM-MOSYEH)
di sana." (Keluaran 33:9)
'Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia (PEH 'EL-PEH
'ADABER-BO), terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa TUHAN (UTEMUNAT YEHOVAH YABIT).
Mengapakah kamu tidak takut mengatai hamba-Ku Musa?'
(Bilangan 12:8)
"TUHAN telah bicara dengan
berhadapan muka dengan kamu di
gunung dan di tengah-tengah api-" (Ulangan 5:4)
Bahasa
Ibrani: PANIM BEFANIM DIBER YEHOVAH 'IMAKHEM
"Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi
nabi yang bangkit di antara orang Israel,"
(Ulangan 34:10) Bahasa Ibrani: YEDA'O YEHOVAH
PANIM 'EL-PANIM
Jadi wajah Allah dalam Alkitab Ibrani adalah ungkapan
khusus untuk kehadiran atau hadiran Allah. Melihat Allah hanya mungkin melalui
penyingkapan diri-Nya sendiri. Kehadiran Allah tidak pernah merupakan perasaan
belaka akan sesuatu yang menakutkan, melainkan selalu merupakan kehadiran suatu
Allah yang dikenal, yang pribadi dan yang tersendiri.
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Juga hal yang
telah kaukatakan ini akan Kulakukan, karena engkau telah mendapat kasih karunia
di hadapan-Ku dan Aku mengenal engkau." Tetapi jawabnya:
"Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku." Tetapi firman- Nya:
"Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan
nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi
kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani." Lagi firman-Nya: "Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak
ada orang yang memandang Aku dapat hidup." Berfirmanlah TUHAN:
"Ada suatu tempat dekat- Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung
batu; apabila kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk
gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan
lewat. Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan."
Musa mendapat kesempatan memandang belakang Allah
merupakan bukti keterbatasan dan sekaligus bukti keakraban Musa dengan Allah.
Namun dengan jelas Allah menyatakan bahwa Musa tidak akan tahan melihat
wajah-Nya, sebab Musa akan mati jika melihat wajah-Nya (ayat 20).
Selanjutnya kita kaji ayat dalam Keluaran 24:10,
"Lalu mereka melihat Allah Israel; kaki-Nya berjejak pada sesuatu yang
buatannya seperti lantai dari batu nilam dan yang terangnya seperti langit yang
cerah."
Hal di atas Ini dikenal dengan istilah theofani, kehadiran kemuliaan Allah, penyataan
secara kelihatan dan secara supra alamiah keagungan Allah yang tertinggi dan
yang tiada taranya.
Penampakan Allah atau theofani
yang terjadi di era PL senantiasa terjadi dalam bentuk manusiawi atau malaikat
atau juga dalam wujud gejala-gejala kosmis :
"Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi
dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci." (Yesaya 6:1)
Bahasa Ibrani: VA'ER'EH 'ET-'ADONAY
YOSYEV 'AL-KISE' RAM
Nabi
Yesaya mendapat penglihatan, bandingkan dengan
penglihatan Yohanes di pulau Patmos yang ditulis di dalam kitab Wahyu. Demikian
pula dengan Yeremia 31:3, "Dari jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya: Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu
Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu."
Jika
kita membaca Yeremia 31:1-40 maka kita akan mengetahui konteks ayat 3 yang
mengandung makna alegoris di atas. Israel Utara (Efraim) akan dibina kembali,
dibangun kembali dan digarap ulang. Diutarakan pula mengenai akhir dari
perpecahan antara utara dan selatan dalam pengakuan bersama akan TUHAN, Allah
dari seluruh bangsa itu.
"Beginilah
firman TUHAN: Ia mendapat kasih karunia di padang gurun, yaitu bangsa yang
terluput dari pedang itu! Israel berjalan mencari istirahat bagi dirinya!" (Yeremia 31:2)
Tuhan
melepaskan Israel dari pedang Firaun dan memberikan kasih karunia kepada mereka
pada hari-hari mereka di padang gurun. Ini hanyalah selaku tanda dari kasih
yang kekal (ayat 3) yang telah diteruskan dalam kesetiaan ilahi hingga saat
Yeremia menulis ayat di atas. Sebenarnya ungkapan kepadanya dari "Dari
jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya" adalah kepadaku menurut naskah
Ibrani yaitu kepada nabi Yeremia, bandingkan dengan penglihatan Yesaya di atas.
Dalam
PL TUHAN saat menampakkan diri-Nya mengambil perwujudan tertentu. Misal dalam
Keluaran pasal 3 dengan perwujudan api dalam semak duri, Ulangan 31:15 dalam
bentuk tiang awan & tiang api atau Kejadian 32 : 30 dalam wujud manusia dan
lain-lain. Penampakan inilah yang dapat dilihat oleh manusia. Tetapi wujud
Allah yang sesungguhnya dalam ROH tidak pernah dilihat manusia.
Tidak
seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di
pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya. KJV : No man hath seen God at any
time, the only begotten Son, which is in the bosom of
the Father, he hath declared him.
Dalam
kitab PL sering diungkapkan orang penah melihat Allah (contoh-contoh perwujudan
& penjelasannya yang saya sampaikan di atas). Dengan pengertian Allah bisa
menampakkan wujud-Nya dengan pelbagai cara dan kadar pengelihatan menurut
keperluannya. Bisa ditampakkan lewat semak duri yang terbakar, atau seperti
dalam awan, menampakkan bagian-bagian "tubuh"Nya, atau wujud diri
yang dikenakan-Nya sementara waktu saja dalam penampakan itu, atau lewat mimpi,
penglihatan dan lain-lain. Namun tidak satupun yang betul-betul melihat
sebagaimana hakekat/Dzat diri-Nya yang sesungguhnya. Sebab tidak ada orang yang
tahan memandang wajah Allah (dalam hakekat-Nya) dan tetap hidup, kecuali Yesus
(Keluaran 33: 20, Yohanes 6:46). Kini Yesus sendiri telah menyatakan
"rupa" Allah kepada setiap manusia. Walau demikian, banyak orang
tetap tidak mampu melihat "rupa" yang satu ini!
"Yang ada dipangkuan
Bapa", dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan " in the bosom of
the Father" maksudnya yang ada bersama- sama Bapa, ini merupakan
penggambaran/ ilustrasi untuk menyatakan kedekatan, keintiman pribadi yang tak
terpisahkan dalam kesamaan hakekat Bapa, seperti yang dinyatakan dalam Injil
Yohanes 1:1.
"Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi
tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat," (Yohanes 5:37)
Naskah Yunani Textus Receptus Transliterasi: kai {dan}
ho {yang} pempsas {mengutus} me {Aku} pater {Bapa}
autos {Dia} memartureken {Dia sudah memberikan kesaksian} peri {tentang} emou
{Aku} oute {tidak pula} phonen {suara} autou {-Nya} akekoate {kalian
mendengar} pophote {pada suatu ketika} oute {tidak pula} eidos {rupa} autou
{-Nya} heorakate {kalian sudah melihat}
Ayat di atas diambil dengan latar belakang
orang-orang Yahudi yang berdialog dengan Yesus Kristus pada saat itu memang
tidak pernah mendengar suara Allah apalagi melihat wajah-Nya. Perkataan itu
ditujukan kepada orang-orang Yahudi dan ayat di atas berkaitan dengan ungkapan
"autos memartureken peri emou", Dia yang bersaksi tentang Aku.
Ayat ini menunjuk kepada saksi Allah yang tidak
kelihatan yang terdapat di dalam hati manusia. Orang Yahudi tentu akan
menekankan bahwa tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Bahkan pada
saat Dasa Firman (10 hukum) diberikan, "suara
kata- kata kamu dengar, tetapi suatu rupa tidak kamu lihat, hanya ada
suara" (Ulangan 4:12).
Jadi perkataan Yesus Kristus bermakna bahwa
"Memang benar Allah itu tidak kelihatan, demikian juga kesaksian-Nya,
karena kesaksian-Nya itu adalah jawaban yang keluar dari hati manusia ketika
manusia itu berhadapan dengan Aku." Jika kita diperhadapkan dengan
Kristus, maka kita melihat di dalam Dia semua yang indah dan bijaksana;
keyakinan seperti itu adalah kesaksian Allah di dalam hati kita.
Konsep
ini jelas bahwa tidak seorangpun pernah melihat Tuhan. Hal ini ditekankan pula
oleh Paulus kepada Timotius : "Dialah satu-satunya yang tidak takluk
kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun tak pernah
melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan
kuasa yang kekal! Amin" (1 Timotius 6: 16)
"Tidak
ada seorangpun dapat melihat Allah dan terus hidup" (Keluaran 33:20).
Karena Hakekat Allah adalah Roh dan kita manusia di bumi ini ada dalam tubuh
fana, inilah yang membuat kita tidak bisa melihat-Nya. Konsep ini melanjutkan
konsep yang sudah diajarkan Musa bahwa ia tidak mampu memandang wajah Allah,
dan itulah sebabnya Allah memberikan pengalaman kepada Musa ia hanya bisa
memandangnya dari belakang sementara kemuliaan Allah itu menerangi tempat
dimana dia ada, dan menyebabkan wajah Musa bercahaya (Keluaran 34:29, 30, 35).
Yohanes
juga memberikan konsep yang sama bahwa tidak ada satupun yang pernah melihat
Allah : 1 Yohanes 4:12-13
4:12 Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika
kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di
dalam kita.
4:13 Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap
berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita
mendapat bagian dalam Roh-Nya.
Ayat
12 mengajarkan hanya jika kita mengasihi sesama yang kelihatan, kita dapat
mengasihi Allah yang tidak kelihatan (bandingkan ayat 20). Penyebutan Roh dalam
ayat 13 menyatakan bahwa Allah telah mengaruniakan kita bagian dalam Roh
Kudus-Nya. Allah hingga kini tetap bekerja dalam diri setiap orang melalui Roh
Kudus yang memberi ilham atau menampakkan diri-Nya secara khusus (teofani).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar