Bacaan Alkitab: Hakim-hakim 17-18
Di zaman postmodern ini, kita sering
mendengar tentang kebenaran relatif. Tidak ada kebenaran yang mutlak bagi orang
postmodern. Mereka beranggapan bahwa orang boleh hidup dengan kebenaran yang
dipegangnya selama tidak merugikan orang lain. Mereka hidup menurut
pandangan mereka sendiri.
Inilah yang terjadi dalam bacaan Alkitab hari ini.
Seseorang bisa membuat patung perak dan mengangkat anaknya sendiri sebagai imam
(17:4-5) atau mengupah seorang iman bagi keluarganya sendiri (17:10-12) atau
merampas barang milik orang yang lebih lemah (18:14-21), bahkan mengancam akan
membunuh pemilik barang bila ia bertanya (18:25). Ada pula seorang imam yang
dengan gembira berkompromi ketika mendapat kesempatan jabatan yang lebih besar
dan penghasilan yang lebih banyak (18:20-21). Alkitab menyimpulkan ‘kekacauan’
ini dengan pernyataan: ‘Setiap orang berbuat apa yang benar menurut
pandangannya sendiri.’ (17:6).
Hidup menurut pandangan sendiri
ternyata bukan hanya terjadi pada jaman hakim-hakim tetapi terlebih lagi pada
zaman sekarang. Filsafat Postmodernisme mengukuhkan bahwa orang ‘boleh’ hidup
menurut pandangannya sendiri.
Dalam PB, Paulus mengingatkan agar
orang percaya tidak tertawan oleh filsafat dunia yang berlawanan dengan ajaran
Kristus (Kolose 2:8). Orang percaya hidup dalam
dunia, tetapi tidak boleh hidup dengan cara dunia. Orang Percaya harus hidup
dalam kebenaran, harus hidup menurut ajaran Kristus. Apakah kita hidup menurut
pandangan dunia atau menurut ajaran Kristus? Marilah kita hidup menurut ajaran
Kristus karena untuk itulah kita dipanggil dan diselamatkan. Ingat filosofi ikan
air laut. Ikan air laut hidup di air
asin, tetapi tidak ikut menjadi asin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar