Pendahuluan
Kitab Wahyu merupakan salah satu kitab yang cukup menarik untuk di
bahas. Kitab ini penuh dengan kata-kata
simbol yang memiliki arti tertentu yang sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh
penulis mula-mula. Makna ini tidak dapat
di artikan dari kacamata dunia saat ini, namun harus mencari referensi
perbandingan dari sumber lain untuk mengerti apa makna dari setiap simbol yang
ada.
Salah satu teks dalam kita ini, yang cukup menarik untuk dibahas
ialah teks pada pasal 20. Gagasan
mengenai kerajaan seribu tahun atau yang dikenal dengan kata millennium cukup
membingungkan mengenai artinya. Heer
dalam bukunya “Tafsiran Alkitab Wahyu Yohanes” berpendapat bahwa istilah “seribu
tahun” bukanlah seperti seribu tahun biasa, melainkan suatu simbol untuk “kurun
waktu yang sangat lama.”[1] Ada juga
pandangan yang mengatakan bahwa “seribu tahun” hanya merupakan angka yang berarti “kesempurnaan total.” Pendapat ini menegaskan bahwa itu adalah
lambang kemenangan Kristus dan berkat yang indah bagi gereja masa kini bahwa
iblis telah dikalahkan dan dibelenggu.[2]
Pendapat lain datang dari Irenaeus dan Agustinus. Irenaeus berpendapat bahwa kerajaan seribu
tahun adalah suatu masa berkat, yang
masih ada di masa depan, dan akan berlangsung sebelum datangnya hari
pengadilan.[3] Sementara Agustinus
berpendapat bahwa kerajaan seribu tahun itu sudah ada sekarang, dan telah mulai
dengan kematian, kebangkitan dan kenaikan Kristus ke Sorga.[4] Dari beberpa pandangan yang ada, penulis
menemukan bahwa pandangan tersebut belum ada kesatuan pemahaman. Oleh sebab
itu, penulis akan melakukan penelitian mengenai makna kerajaan seribu tahun
yang terdapat di dalam kitab Wahyu 20:1- 6.
Makna Dalam Kitab Wahyu
Frase “seribu tahun” dalam ayat 1-7. Periode ini dalam sejarah di kenal sebagai
“Milenium”. Kata ini berasal dari bahasa
Latin, mille (seribu) dan annum (tahun) kerajaan Kristus seribu tahun di
bumi.[5] Kristus dan gereja-Nya akan
memerintah atas bangsa-bangsa di Bumi dan Israel akan menikmati berkat yang
dijanjikan oleh para nabi. (Yesaya 2:1-5; 4:1-6; 11:1-9; 12:1-6; 30:18-26; 35:
1-10).
Eksegesis
Teks ini di bagi ke dalam dua bagian: Pengikatan Iblis(ayat 1-3)
dan orang-orang kudus bersama-sama
dengan Kristus(4-6).
Ayat 1: Malaikat yang turun dari surga telah di tangannya kunci
jurang maut . Jurang dianggap sebagai
gua bawah tanah yang luas yang berfungsi sebagai tempat kurungan bagi roh-roh
yang tidak taat menunggu penghakiman ( Yudas 1:6, Lukas 8:31). Dalam I Henokh 88:1 malaikat yang jatuh
terikat tangan dan kaki dan dilemparkan ke dalam jurang yang sempit dalam,
mengerikan dan gelap.[6] Namun semuanya itu
adalah simbolisme saja.[7]
Ayat 2: “Ia menangkap naga” misi malaikat tersebut adalah
menangkap naga itu sendiri, yang dikenal sebagai si ular tua (Kej. 3:1-7),
yaitu iblis atau satan. “Dan ia
mengikatnya seribu tahun lamanya.”
Pengikatan itu merujuk kepada pembatasan Allah atas si jahat dalam
bentuk melucuti kekuatan dan kuasanya.[8]
Yohanes belajar dari Tuhan Yesus, bahwa untuk masuk ke dalam rumah
seorang yang kuat, yaitu iblis, ia terlebih dahulu diikat (Matius 12:26-29;
Mark 3:26-27). Inti dari ayat ini adalah
Iblis berada di bawah kendali Allah.[9]
Jika pengikatan Iblis hanya suatu tindakan simbolis, maka wajar
jika “seribu Tahun” juga di tafsirkan secara simbolis. Kistemaker menuliskan dalam bukunya bahwa:
”Menurut beberapa teolog, 1000 tahun ini merujuk kepada rentan
waktu antara kembalinya Tuhan Yesus dan akhir segala zaman. Tetapi ada beberapa keberatan terhadap
pendapat ini: (1) Kata millennium berasal dari bahasa Latin, mille (seribu) dan
annum (tahun), muncul enam kali dalam pasal ini dan tidak muncul di bagian
lain. (2) Tuhan Yesus tidak berkata
apa-apa tentang pemerintahan seribu tahun bersama orang-orang kudus di
bumi. (3) Dalam surat-surat mereka,
Petrus dan Paulus tidak pernah menyinggung tentang seribu tahun pemerintahan
Kristus di bumi. PB mengajarkan bahwa
Kristus hanya kembali sekali lagi dan bukan dua. Pemunculan pertama seribu tahun (ayat 2)
adalah masa “seribu tahun iblis” yang terentang dari masa saat iblis tinggal
dalam lubang jurang maut sampai ia di lempar ke dalam lautan api untuk
selamanya. (4) Tafsiran harafiah akan
kitab Wahyu yang penuh dengan simbol ini sangat sulit untuk di terima. (5) Seribu adalah sepuluh pangkat tiga yang
berarti penuh, lebih senada dengan irama kitab Wahyu, jika istilah ini ditafsirkan
secara simbolis.”[10]
“Dan melemparkannya kedalam jurang maut, menutup jurang maut itu
dan memateraikannya di atasnya.” Iblis
tidak mungkin dapat aktif di bumi jikalau ia di lemparkan ke dalam lubang dan
memateraikannya, sehingga tidak bisa lepas.
Ini bukanlah masalah, karena kata melemparkan, menutup, dan
memateraikan, menyatakan finalitas dari pelucutan kuasa yang dahulu ia
miliki.[11]
“Kemudian daripada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu
lamanya” Apa maksud dari setan dilepas untuk
sementara waktu ?. Ladd mengatakan bahwa
pelepasan setan akan membuktikan bahwa dosa bukan disebabkan oleh keadaan
sosial yang jahat dan lingkungan yang buruk, namun oleh hati manusia yang penuh
dosa.[12] Sewaktu setan di lepaskan,
ternyata ia menemukan bahwa hati manusia masih menanggapi bujukannya meskipun
mereka berada pada masa yang penuh kedamaian.
Hal ini menunjukkan bahwa penghakiman Allah itu adil.
Ayat 4-6, ayat ini
merupakan bagian paling sulit di dalam kitab Wahyu. “mereka yang dipenggal kepalanya” dan “mereka
yang tidak menyembah binatang”. Untuk
mengerti suatu konsepsi yang benar dari ayat-ayat ini, kita harus kembali kemasa abad pertama. Berbagai panganiayaan
dari Kekaisaran Romawi sedang meraja lela.[13]
Para martir dengan tenang meletakkan kepala mereka di bawah pedang
eksekutor. Paulus dan Yakobus telah
melakukan ini. Mereka lebih memilih mati
daripada berkata ”Kaisar adalah Tuhan”.
Orang-orang tetap beriman, meskipun mereka sedang berada di
tengah-tengah api dan sedang dilemparkan ke pada binatang buas. Oleh sebab itu, Gereja Tuhan menerima
penglihatan mengenai jiwa-jiwa para martir yang setia dan bahkan rela mati demi
Kristus ( 1:2,9; 6:9).
Istilah “dipenggal kepalanya” merupakan metonymy,[14] yaitu
menyebutkan suatu bagian untuk menyatakan keseluruhan. Frase “dipenggal kepalanya” bukan hanya
mewakili mereka yang mati secara martir, tetapi juga mewakili setiap orang yang
menyerahkan dirinya kepada Tuhan walaupun tidak mengalami kematian dengan cara
martir.[15] Jadi, dapat disimpulkan
bahwa mereka yang mati dipenggal kepalanya merupakan istilah yang digunakan untuk
menunjuk kepada semua orang Kristen atau gereja yang sebelumnya Yohanes telah
lihat dalam 6:9-11.
Tempat Kerajaan Seribu Tahun
Dalam karangan Assumtion of Moses menganggap bahwa kerajaan seribu
Tahun terjadi di surga.[16] Dalam buku
Russel sendiri yang menjelaskan tentang “the kingdom on this earth”, menuliskan
bahwa ada beberapa tulisan yang menganggap bahwa kerajaan ini akan berlangsung
di bumi, contohnya seperti kitab Daniel, 1 Henok 6-36, 1 Henok 83-90,Perjanjian
XII Patriakh, Mazmur Salomo, 1 Henok 37-71, dan Sibilline Oracles III.[17] Menurut beberapa tulisan yang terdapat di
dalam kitab Wahyu pasal 20, Yohanes menunjukkan bahwa kerajaan ini akan terjadi
di Bumi. Seperti yang terdapat di dalam
pasal 20:1 “seorang malaikat turun dari sorga”, dan pasal 20:7; 20:10 “
menggambarkan apa yang terjadi di Bumi.
Pasal 12-18, bumi di gambarkan sebagai tempat yang dikuasai oleh
Iblis. Dan pasal 19:12-20:3 memperlihatkan
takdir akhir mereka.[18] Namun dilanjutkan pada pasal 20:4, Iblis telah di
kurung, dan dunia tidak lagi di dalam kekuasaan mereka, tetapi di bawah
kekuasaan Kristus. Hal ini membuktikan
kemenangan atas kejahatan. Kerajaan
seribu tahun merupakan penggenapan janji yang terdapat di dalam pasal 3:21;
5:9-10; 6:9-10; 12:11.[19]
Maksud Kerajaan Seribu Tahun
Yohanes menggunakan angka 1000 tahun bukan untuk menunjukkan
durasi dari kerajaan itu sendiri. Angka
1000 lebih kepada arti simbol dari kesempurnaan.[20] Sebagaimana angka “seribu” melambangkan
kesempurnaan, maka dapat dikatakan bahwa masa ini merupakan masa yang sempurna yang di sediakan Kristus bagi umat-Nya.
Sebagaimana hari sabat adalah hari perhentian, maka masa ini merupakan
sabad dari sejarah umat manusia.[21]
Kesimpulan
Seribu Tahun bukanlah menunjuk kepada durasi dari kerajaan serbu
tahun itu sendiri, tetapi merupakan kesempurnaan. Hal ini ditandai dengan tidak adanya
manifestasi kejahatan yang terjadi pada masa itu. Kerajaan seribu tahun merupakan masa yang
dipersiapkan Kristus bagi umat-Nya yang setia kepadanya.
Kerajaan seribu tahun terjadi di dunia untuk sementara waktu dimana
Kristus berdaulat penuh atas umat manusia, namun Iblis akan dilepaskan kembali
untuk sementara waktu untuk menggenapi maksud Allah. Maksud Allah disini ialah untuk menunjukkan
bahwa dosa bukan disebabkan oleh keadaan sosial yang jahat dan lingkungan yang
buruk, namun oleh hati manusia yang penuh dosa.
Sewaktu setan di lepaskan, ternyata ia menemukan bahwa hati manusia masih
menanggapi bujukannya meskipun mereka berada pada masa yang penuh
kedamaian. Hal ini menunjukkan bahwa
penghakiman Allah itu adil. Selain itu,
juga untuk menunjukkan bahwa Iblis berada di bawah kekuasaan Allah.
Seribu tahun paling baik ditafsirkan secara simbolis, berarti masa
yang tidak pasti antara kenaikan Tuhan Yesus sampai kepada kembali-Nya. Singkatnya, Ayat ini mengajarkan eskatologi
yang saat ini sedang terealisasikan. Dan
melihat fungsi dari kitab ini, maka Yohanes ingin menjawab kebutuhan yang ada
pada zaman itu, yaitu untuk menghibur orang percaya yang sedang berada di bawah
tekanan Kekaisaran Romawi supaya tetap setia di dalam Kristus.
DAFTAR PUSTAKA
Christina, Enda. Studi Eksegesisi Terhadap Gagasan Milenium
Dalam Wahyu 20:1-6, Skripsi. Malang: STT Satyabhakti, 2001.
Hendriksen, William. Lebih Dari Pemenang: Sebuah Interpretasi
Kitab Wahyu. Surabaya: Momentum,
2007.
Herr, J. J. de. Tafsir Alkitab: Kitab Wahyu. Jakarta:
PT BPK Gunung Mulia, 1996.
Kistemaker, Simon J. Tafsiran Kitab Wahyu. Surabaya:
Momnetum, 2011.
Mounce, Robert H. The New International Comentary On The New
Testament: The Book Of Revelation.
Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 1977.
Russel, D. S.. The Method And Message Of Jewish
Apocalyptic. Philadelphia: The
Westminster Press, 1964.
Wiersbe, Warren W. Berkemenangan Di Dalam Kristus, Di Dalam
Kristus Anda Adalah Seorang PemenangBandung:
Yayasan Kalam Hidup, 2002.
Catatan Kaki:
[1]. J. J. de Herr, Tafsir Alkitab:
Kitab Wahy,. (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1996), 291
[2]. Warren W Wiersbe, Berkemenangan Di Dalam Kristus, Di Dalam
Kristus Anda Adalah Seorang Pemenang, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002),
158.
[3]. Herr, 291
[4]. Ibid.
[5]. Wiersbe,158
[6].
Robert H Mounce, The New International Comentary On The New
Testament: The Book Of Revelation.
(Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 1977), 351-352
[7].
William Hendriksen, Lebih Dari
Pemenang: Sebuah Interpretasi Kitab Wahyu,
(Surabaya: Momentum, 2007), 221
[8]. Simon J. Kistemaker, Tafsiran Kitab
Wahyu. (Surabaya: Momnetum, 2011), 528
[9].
Ibid, 583
[10]. Ibid.
[11]. Ibid, 548
[12]. Enda Christina, Studi Eksegesisi
Terhadap Gagasan Milenium Dalam Wahyu 20:1-6, Skripsi ( Malang: STT
Satyabhakti, 2001), 22.
[13]. Hendriksen, 227
[14].
Christina, 25.
[15].
Christina, 27.
[16].
D.S Russel, The Method And
Message Of Jewish Apocalyptic,
(Philadelphia: The Westminster Press. 1964), 290.
[17].
Ibid, 286-289.
[18].
Christina, 35.
[19].
Ibid.
[20].
Ibid, 36
[21].
Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar